Jumat, 30 Agustus 2013

Ibu Hamil, Ngidam dalam pandangan ulama

Kebiasaan ‘ngidam’ yang dialami oleh wanita yang sedang hamil, terutama di awal kehamilan merupakan fenomena yang diakui secara kedokteran, sebagai salah satu dampak kehamilan, umumnya wanita yang hamil memiliki tabiat yang aneh di masa awal kehamilannya. Ada yang begitu suka dgn suami & bau suami, & ada yang sebaliknya, ada yang suka makan es, bahkan ada yang suka makan arang! Dan kondisi psikologis yang aneh lainnya, yang tak mungkin bisa disebutkan semuanya, karena itu, selayaknya anggota keluarga memperhatikan keadaan orang hamil yang sedang ngidam, dgn berusaha meminimalisir segala kemungkinan yang akan menimbulkan masalah yang lebih besar.
Kasus ngidam yang terjadi pada wanita hamil ini telah membingungkan ahli medis. Ada berbagai macam komentar & pendapat yang mereka sampaikan. Mereka kesulitan memahami fenomena semacam ini. Ada sebagian pakar kedokteran yang mnyebutkan bahwa diantara terapi yang mungkin bisa dilakukan adalah menghindari terlalu banyak berpikir atau menginginkan sesuatu.
Apapun itu, ngidam adalah perkara yang hakiki, & tak bisa diingkari hal ini terjadi pada kehidupan wanita hamil, juga tak dinafikan secara medis. Karena itu, bagi anggota keluarga hendaknya memberikan penanganan yang sesuai utk wanita hamil, dgn catatan, jangan sampai mengizinkan utk makan makanan yang haram atau yang membahayakan, seperti arang, rambut. Kemudian bisa diarahkan utk mengkonsumsi makanan yang lain, atau diarahkan utk bisa dekat dgn suaminya & anak-anaknya. Karena banyak terjadi perceraian di awal kehamilan, sebabnya adalah suami tak memahami kondisi istrinya yang sedang ngidam atau tak mampu memberikan penanganan yang sesuai bagi wanita ngidam.
Kedua, hal terbaik yang bisa kami nasehatkan utk dijadikan terapi kondisi psikologis bagi wanita ngidam adalah al-Quran. Allah menjadikan al-Quran sebagai petunjuk & obat. Allah berfirman:
وَنُنَزِّلُ مِنَ الْقُرْآَنِ مَا هُوَ شِفَاءٌ وَرَحْمَةٌ لِلْمُؤْمِنِينَ وَلَا يَزِيدُ الظَّالِمِينَ إِلَّا خَسَاراً
“Kami turunkan dari Al Quran suatu yang menjadi obat & rahmat bagi orang-orang yang beriman” (QS. Al-Isra’: 82)
Syaikh as-Sinqithi mengatakan:
Firman Allah dlm ayat ini : [مَا هُوَ شِفَآءٌ ] “menjadi obat”, mencakup semua fungsi obat, baik bagi penyakit hati, seperti keraguan, kemunafikan, & yang lainnya, maupun utk badan, dlm bentuk ruqyah. Sebagaimana disebutkan dlm riwayat yang shahih tentang sahabat yang meruqyah orang yang tersengat binatang berbisa dgn membacakan surat al-Fatihah. (Adhwaul Bayan, 3: 253)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar