Berkomunikasi dengan anak sebetulnya
sudah dapat dimulai sejak dini bahkan ketika anak masih menjadi janin
dalam perut ibu. Dengan menyadari bahwa orangtua dapat berkomunikasi
dengan janin dalam kandungan akan memberikan ikatan hubungan yang lebih
dekat dan juga menjadi sebuah pengalaman yang begitu menyenangkan yang
tidak dapat terlupakan.
Ada beberapa komunikasi yang dapat
dilakukan orangtua kepada janin yang dikandungnya, tentunya dengan
mengetahui pertumbuhan dan perkembangan pembentukan indera-indera janin,
sehingga komunikasi dapat tepat dilakukan.
Indera Peraba
Indera Peraba ini berkembang sebelum minggu ke 8. Ketika janin bergerak dan telapak tangan atau kakinya tampak pada perut ibu, sentuhlah dia, berikan perasaan lembut dan kasih sayang kepadanya, sehingga ia merasakan kelembutan, rasa cinta dan kasih sayang dari orangtuanya. Rasa cinta dan kasih sayang dari orangtua yang dia rasakan akan memberikan ketenangan pada janin anda.
Indera Peraba ini berkembang sebelum minggu ke 8. Ketika janin bergerak dan telapak tangan atau kakinya tampak pada perut ibu, sentuhlah dia, berikan perasaan lembut dan kasih sayang kepadanya, sehingga ia merasakan kelembutan, rasa cinta dan kasih sayang dari orangtuanya. Rasa cinta dan kasih sayang dari orangtua yang dia rasakan akan memberikan ketenangan pada janin anda.
...Rasa cinta dan kasih sayang dari orangtua yang dia rasakan akan memberikan ketenangan pada janin anda...
Indera Pendengaran
Indera pendengaran mulai berkembang pada minggu ke 8 dan selesai pembentukan pada minggu ke 24. Indera pendengaran ini juga dibantu oleh air ketuban yang merupakan penghantar suara yang baik.
Indera pendengaran mulai berkembang pada minggu ke 8 dan selesai pembentukan pada minggu ke 24. Indera pendengaran ini juga dibantu oleh air ketuban yang merupakan penghantar suara yang baik.
Janin akan mulai mendengar suara aliran
darah melalui plasenta, suara denyut jantung dan suara udara dalam usus.
Selain itu janin akan bereaksi terhadap suara-suara keras, bahkan bisa
membuat janin terkejut melompat.
Pada minggu ke 25 janin sudah dapat
mendengar dan mengenali suara orang-orang terdekatnya seperti ibu dan
ayahnya. Lakukanlah komunikasi dengannya meskipun hanya satu arah,
bertilawah quranlah orangtua, bacakan cerita atau berbicalah dengan
janin untuk lebih mendekatkan diri janin dengan orangtuanya dan lebih
mengenal suara dari orangtuanya.
...orangtua yang sedang marah akan memberikan reaksi marah pula pada janin, sebaliknya alunan tilawah Al-Qur'an yang lembut dapat menenteramkan janin...
Bahkan orangtua yang sedang marah akan
memberikan reaksi marah pula pada janin, sebaliknya alunan tilawah
Al-Qur'an yang lembut dapat menenteramkan janin.
Indera Perasa
Indera perasa janin akan terbentuk pada minggu ke 13-15. Pada usia ini janin dapat merasakan substansi yang pahit dan manis. Jika, cairan ketuban yang dia rasakan manis, maka dia akan meminumnya dan menelannya. Namun jika air ketuban yang dia rasakan terasa pahit, janin akan meronta dan mengeluarkannya, serta janin akan menghentikan konsumsinya tsb..
Indera perasa janin akan terbentuk pada minggu ke 13-15. Pada usia ini janin dapat merasakan substansi yang pahit dan manis. Jika, cairan ketuban yang dia rasakan manis, maka dia akan meminumnya dan menelannya. Namun jika air ketuban yang dia rasakan terasa pahit, janin akan meronta dan mengeluarkannya, serta janin akan menghentikan konsumsinya tsb..
Indera Penciuman
Indera penciuman akan terbentuk pada usia kehamilan 11 - 15 minggu. Ketika indera penciuman ini terbentuk, janin dapat mencium dari bau air ketuban yang baunya mirip seperti ibunya. Makanya ketika bayi terlahir, dalam beberapa jam ia akan mengenali siapa ibunya berdasar dari indera penciuman ini.
Indera penciuman akan terbentuk pada usia kehamilan 11 - 15 minggu. Ketika indera penciuman ini terbentuk, janin dapat mencium dari bau air ketuban yang baunya mirip seperti ibunya. Makanya ketika bayi terlahir, dalam beberapa jam ia akan mengenali siapa ibunya berdasar dari indera penciuman ini.
Indera Penglihatan
Dari awal kehamilan hingga usia ke 26 mata bayi akan selalu tertutup untuk memproduksi retina, namun meskipun demikian retina janin pada usia kehamilan 16 minggu dapat mendeteksi adanya pancaran sinar.
Dari awal kehamilan hingga usia ke 26 mata bayi akan selalu tertutup untuk memproduksi retina, namun meskipun demikian retina janin pada usia kehamilan 16 minggu dapat mendeteksi adanya pancaran sinar.
Pada usia kehamilan di minggu 27, janin
mulai membuka matanya dan melihat ke sekelilingnya untuk pertama
kalinya. Mata janin dapat menangkap cahaya yang masuk ke dalam rahim
ibunya, baik itu sinar matahari atau sinar lampu. Selain itu otak janin
akan bereaksi terhadapa kelap-kelip cahaya
Jadi, janin dapat bereaksi terhadap berbagai rangsangan yang datang dari luar bahkan dalam tubuh ibu. Oleh karena itu sudah seharusnya lingkungan tempat tinggal, tingkah laku dan tutur kata ibu yang tengah mengandung harus selalu dijaga. Segala sesuatu yang dilihat dan didengar sendiri, baik itu perasaan suka, marah, sedih dan senang, sudah pasti memberi pengaruh bagi perkembangan si janin.
Jadi, janin dapat bereaksi terhadap berbagai rangsangan yang datang dari luar bahkan dalam tubuh ibu. Oleh karena itu sudah seharusnya lingkungan tempat tinggal, tingkah laku dan tutur kata ibu yang tengah mengandung harus selalu dijaga. Segala sesuatu yang dilihat dan didengar sendiri, baik itu perasaan suka, marah, sedih dan senang, sudah pasti memberi pengaruh bagi perkembangan si janin.
Jangan mengira bahwa janin belum memiliki perasaan, sehingga dengan sengaja tidak membatasi diri. Maka dari itu manfaatkan sepenuhnya keunikan janin ini, untuk memberikan pendidikan sedini mungkin dan pengaruh baik secara berangsur-angsur dengan penuh semangat mendorong maju pertumbuhan dan kesehatan jiwa dan raga janin....manfaatkan sepenuhnya keunikan janin ini, untuk memberikan pendidikan sedini mungkin dan pengaruh baik secara berangsur-angsur dengan penuh semangat mendorong maju pertumbuhan dan kesehatan jiwa dan raga janin...
Sekolah yang satu ini
berbeda dengan sekolah-sekolah pada umumnya. Sekolah yang satu ini
mengambil setting lokasi kelas di dalam perut alias di dalam kandungan.
Lalu ibu, ayah, dan anggota keluarga lainnyalah yang berperan menjadi
guru, dan janin yang ada di dalam kandungan lah yang akan menjadi
muridnya. Sekolah dalam perut adalah sekolah yang paling murah dan
paling praktis, tidak perlu membutuhkan biaya banyak seperti
sekolah-sekolah biasa. Sekolah dalam perut ini bertujuan untuk mendidik
anak sejak dalam kandungan. Ini adalah cara mencerdaskan anak paling
mudah dan murah tanpa harus menunggu anak duduk di bangku sekolah
sesungguhnya.
Mungkin timbul pertanyaan dalam benak kita semua, akankah seorang janin
dalam kandungan bisa diajak belajar? Ya, berdasarkan beberapa penelitian
yang dilakukan oleh ilmuwan Barat dalam bidang perkembangan pra-lahir,
ternyata menunjukkan bahwa selama berada dalam rahim, anak dapat
belajar, merasa, dan mengetahui perbedaan antara gelap dan terang. Pada
saat kandungan telah berusia 20 minggu atau sekitar 5 bulan, kemampuan
janin untuk merasakan stimulus telah berkembang dengan cukup baik.
Sehingga hal ini memungkinkan terjadinya proses pendidikan dan
pembelajaran terhadap janin pun dapat dimulai.
Menurut F. Rene van de Carr dan Marc Lehrer, dalam bukunya Cara Baru
Mendidik Anak Sejak dalam Kandungan, beberapa kebiasaan baik yang
dibentuk secara konsisten oleh ibu-ibu hamil pada dirinya dan bayinya
selama masa kehamilan dapat mengurangi berbagai kesulitan yang mungkin
timbul ketika sang anak sudah menghirup udara dunia. Para ibu hamil di
Barat biasa memperdengarkan irama musik-musik klasik pada janin yang ada
di dalam kandungannya. Sedangkan untuk kita yang beragama Islam,
memperdengarkan muratal Al-Qur’an adalah alternatif yang lebih baik.
Karena hal tersebut dapat membiasakan janin terbiasa dengan ayat-ayat
Al-Qur’an dan membuat hapalan anak kuat ketika lahir ke dunia kelak.
Contohnya seperti Hasan Thabathabai yang selalu diperdengarkan tilawah
Al-Qur’an oleh ibunya. Hasilnya Hasan meraih gelar doktor termuda dalam
Hifzhul Qur’an di usianya yang belum mencapai 12 tahun. Selain itu,
membacakan cerita ataupun kisah-kisah serta relaksasi bagi janin akan
memungkinkan ibu-ibu hamil dapat menjalin komunikasi dan membina
hubungan yang positif dengan jabang bayi yang ada dalam kandungannya.
Masih dalam bukunya Cara Baru Mendidik Anak Sejak dalam Kandungan, F.
Rene van de Carr dan Marc Lehrer menuliskan bahwa The American
Association of The Advacement of Science pada tahun 1996 merangkum hasil
penelitian beberapa ilmuwan dalam bidang stimulasi pra-lahir atau bayi,
antara lain sebagai berikut :
Dokter Craig Ramey dari University of Alabama menegaskan bahwa
program-program stimulasi dini dapat meningkatkan nilai tes kecerdasan
dalam pelajaran utama pada semua anak yang diteliti dari masa bayi
hingga usia 15 tahun. Anak-anak tersebut mencapai nilai kecerdasan 15
hingga 30 persen lebih tinggi dibanding lainnya.
Dokter marion Cleves Diamond dari University of California di
Berkeley-AS melakukan eksperimen bertahun-tahun dan mendapatkan hasil
yang sama berulang-ulang bahwa tikus yang diberi stimulasi tidak hanya
mengembangkan pencabangan sel otak lebih banyak dan daerah kortikal otak
yang tebal, tetapi juga lebih cerdas dan lebih terampil bersosialisasi
dengan tikus lainnya.
Dokter Hugo Moser dari John Hopkins University meneliti monyet-monyet
Rhesus tanpa stimulasi. Hasilnya adalah monyet tersebut mengalami cacat
perilaku yang mencolok dan menyedihkan saat mereka dewasa. Monyet-monyet
tersebut menjadi kikuk, suka menyiksa diri sendiri dan menarik diri
dari kontak sosial dengan monyet lainnya, serta menunjukkan tanda-tanda
keterbatasan kecerdasan lainnya.
Penelitian lainnya juga dilakukan oleh The Prenatal Enrichment Unit di
Huacchiew General Hospital Bangkok-Thailand yang dipimpin oleh dr. C.
Panthuraamphorn. Penelitian dilakukan dengan pemberian stimulasi
terhadap janin dalam kandungan. Hasilnya ketika bayi tersebut lahir,
mereka mampu menirukan suara, menyebutkan kata pertama, tersenyum secara
spontan, mampu menolehkan kepala ke arah suara orangtuanya, lebih
tanggap terhadap musik, dan juga mengembangkan pola sosial lebih baik
saat ia dewasa.
Begitu pula dengan riset yang dilakukan oleh Prof. Suzuki dari Jepang
yang dimuat dalam harian The Japan Times Weekly Education, bahwa
stimulus yang diberikan terhadap janin sangat terkait dengan tingkat
intelegensi anak. Jadi, sejak masih dalam kandungan, anak sebenarnya
sudah siap merespon stimulasi-stimulasi edukatif yang diberikan kedua
orang tuanya, terutama ibunya.
Metode sekolah dalam perut ini memang adalah metode Barat. Namun apa
salahnya apabila metode ini juga diaplikasikan dalam Islam dan
menggunakan cara-cara yang lebih islami, misalnya dengan memperdengarkan
muratal kepada janin. Metode ini telah diterapkan oleh seorang muslimah
kelahiran Medan yang berkesempatan menyelesaikan studi sarjananya di
negeri Syams, Ustadzah Halimah Sa’diyah Nasution. Beliau memiliki
seorang anak yang bernama Ayyasy Ar-Rantisi. Pelajaran yang Ustadzah
Halimah berikan kepada Ayyasy Ar-Rantisi adalah elusan di perut dan
tilawah Al-Qu’an sesering mungkin, diperdengarkan burdah, dibacakan
sirah 25 Nabi dan Rasul, dinyanyikan lagu anak-anak seperti Balonku,
Bintang Kecil, Pelang-Pelangi, dan lainnya. Ayyasy ketika masih berada
dalam kandungan juga dibacakan hadits-hadits pendek, cerita-cerita sains
untuk anak dan di akhir pelajaran selalu ditutup dengan burdah. Satu
paket pelajaran ini biasanya dapat beliau selesaikan dalam waktu 10-20
menit sekolah dalam perut tersebut biasa beliau lakukan setiap pagi,
sekitar pukul 09.00 dan dimulai sejak Ayyasy berusia 4 bulan di dalam
kandungan.
Dan hasil dari pembelajaran Ayyasy dalam kandungan sungguh mengesankan.
Ayyasy ketika lahir tidak banyak menangis dan lebih rileks, lebih gesit,
matanya lebih waspada, dan memiliki kode khusus untuk memberitahukan
bahwa ia meminta diganti popoknya. Bocah ini juga memiliki rentang
perhatian yang lebih lama dan lebih fokus pada gambar-gambar yang
ditunjukkan padanya. Dan ketika menginjak usia 6 bulan, Ayyasy sudah
bisa menyebut “Umi“. Ayyasy juga sudah bisa mengeluarkan suara ‘r’
dengan jelas ketika ia berusia 10 bulan.
Dalam metode sekolah dalam perut ini juga dibutuhkan kurikulum dan
aturan-aturan layaknya sekolah biasa. Kurikulum disesuaikan dengan
keinginan orang tua, misalkan memperdengarkan muratal Al-Qur’an,
dibacakan cerita, dinyanyikan, daiajak berkomunikasi, dan lainnya. Cara
berkomunikasi dengan janin yang ada di dalam kandungan dapat dilakukan
dengan menggunakan megafon atapun alat khusus yang terdiri dari
microphone yang digunakan oleh guru atau ibu dan dilengkapi dengan
speaker atau sejenis headphone untuk ditempelkan ke perut ibu supaya
dapat didengar oleh janin ketika proses pembelajaran. Alat ini sudah
banyak dijual di pasaran. Atau bisa juga menggunakan alat yang lebih
murah yaitu, kalender yang digulung seperti terompet tahun baru. Bagian
corongnya digunakan oleh ibu untuk bersuara, dan ujungnya ditempelkan ke
perut untuk diperdengarkan ke janin.
Aturan sekolah dalam perut ini adalah harus menyediakan waktu khusus
untuk proses pembelajaran. Bagi ke dalam 2 sesi setiap harinya, dan satu
sesi hanya membutuhkan waktu 5-20 menit. Dianjurkan dilakukan 30-150
menit setelah sang ibu makan. Jangan memaksa bayi belajar dan memperlama
proses belajar agar bayi bisa rileks dan mencerna pelajaran dengan
baik. Selain itu jangan meng-qadha’ atau mengganti waktu belajar yang
tidak terlaksana. Karena ini akan membuat tingkat stress pada janin
meningkat. Usahakan untuk mengawali dan mengakhiri pembelajaran dengan
muratal, nayid, musik, nyanyian, atau senandung. Dan yang paling utama
adalah konsisten selama proses belajar dari awal proses pembelajaran,
yang dapat dimulai di akhir trisemester pertama hingga bayi lahir.
Perbanyak komunikasi verbal berupa sentuhan ke perut ibu, bukan hanya
oleh ibu tetapi ayah dan anggota keluarga lainnya seperti kakak sang
bayi bisa ikut serta.
Proses pembelajaran dan pemberian stimulasi dalam kandungan ini banyak
diterapkan oleh orang-orang Yahudi. Para ibu hamil Yahudi biasanya
ketika sedeng hamil, mereka berusaha untuk mengerjakan soal matematika
sesulit apapun walaupun si ibu kurang menyukai matematika. Sang ibu juga
mengajarkan janin yang ada di dalam kandungan not-not balok yang
terbilang rumit. Janin yang ada di dalam kandungan juga sering
diperdengarkan musik klasik. Tidak heran apabila banyak orang-orang
Yahudi yang jenius dan pandai, hanya saja kejeniusan mereka membuat
orang lain sengsara alias jenius tapi keblinger.
Selain asupan yang bergizi selama masa kehamilan, sekolah dalam perut
dan kepribadian keseharian si ibu juga dapat membentuk karakter dan
kecerdasan anak. Oleh karena itu jangan sungkan-sungkan untuk mencoba
metode sekolah dalam perut ini untuk mencetak generasi rabbani yang
unggul dan bertakwa kepada Allah subhanahu wa ta’ala.
Read more at: http://www.ruanghati.com/2012/05/03/subhanallah-indahnya-bersekolah-di-dalam-perut-ibuku/
Read more at: http://www.ruanghati.com/2012/05/03/subhanallah-indahnya-bersekolah-di-dalam-perut-ibuku/
Sekolah yang satu ini
berbeda dengan sekolah-sekolah pada umumnya. Sekolah yang satu ini
mengambil setting lokasi kelas di dalam perut alias di dalam kandungan.
Lalu ibu, ayah, dan anggota keluarga lainnyalah yang berperan menjadi
guru, dan janin yang ada di dalam kandungan lah yang akan menjadi
muridnya. Sekolah dalam perut adalah sekolah yang paling murah dan
paling praktis, tidak perlu membutuhkan biaya banyak seperti
sekolah-sekolah biasa. Sekolah dalam perut ini bertujuan untuk mendidik
anak sejak dalam kandungan. Ini adalah cara mencerdaskan anak paling
mudah dan murah tanpa harus menunggu anak duduk di bangku sekolah
sesungguhnya.
Mungkin timbul pertanyaan dalam benak kita semua, akankah seorang janin
dalam kandungan bisa diajak belajar? Ya, berdasarkan beberapa penelitian
yang dilakukan oleh ilmuwan Barat dalam bidang perkembangan pra-lahir,
ternyata menunjukkan bahwa selama berada dalam rahim, anak dapat
belajar, merasa, dan mengetahui perbedaan antara gelap dan terang. Pada
saat kandungan telah berusia 20 minggu atau sekitar 5 bulan, kemampuan
janin untuk merasakan stimulus telah berkembang dengan cukup baik.
Sehingga hal ini memungkinkan terjadinya proses pendidikan dan
pembelajaran terhadap janin pun dapat dimulai.
Menurut F. Rene van de Carr dan Marc Lehrer, dalam bukunya Cara Baru
Mendidik Anak Sejak dalam Kandungan, beberapa kebiasaan baik yang
dibentuk secara konsisten oleh ibu-ibu hamil pada dirinya dan bayinya
selama masa kehamilan dapat mengurangi berbagai kesulitan yang mungkin
timbul ketika sang anak sudah menghirup udara dunia. Para ibu hamil di
Barat biasa memperdengarkan irama musik-musik klasik pada janin yang ada
di dalam kandungannya. Sedangkan untuk kita yang beragama Islam,
memperdengarkan muratal Al-Qur’an adalah alternatif yang lebih baik.
Karena hal tersebut dapat membiasakan janin terbiasa dengan ayat-ayat
Al-Qur’an dan membuat hapalan anak kuat ketika lahir ke dunia kelak.
Contohnya seperti Hasan Thabathabai yang selalu diperdengarkan tilawah
Al-Qur’an oleh ibunya. Hasilnya Hasan meraih gelar doktor termuda dalam
Hifzhul Qur’an di usianya yang belum mencapai 12 tahun. Selain itu,
membacakan cerita ataupun kisah-kisah serta relaksasi bagi janin akan
memungkinkan ibu-ibu hamil dapat menjalin komunikasi dan membina
hubungan yang positif dengan jabang bayi yang ada dalam kandungannya.
Masih dalam bukunya Cara Baru Mendidik Anak Sejak dalam Kandungan, F.
Rene van de Carr dan Marc Lehrer menuliskan bahwa The American
Association of The Advacement of Science pada tahun 1996 merangkum hasil
penelitian beberapa ilmuwan dalam bidang stimulasi pra-lahir atau bayi,
antara lain sebagai berikut :
Dokter Craig Ramey dari University of Alabama menegaskan bahwa
program-program stimulasi dini dapat meningkatkan nilai tes kecerdasan
dalam pelajaran utama pada semua anak yang diteliti dari masa bayi
hingga usia 15 tahun. Anak-anak tersebut mencapai nilai kecerdasan 15
hingga 30 persen lebih tinggi dibanding lainnya.
Dokter marion Cleves Diamond dari University of California di
Berkeley-AS melakukan eksperimen bertahun-tahun dan mendapatkan hasil
yang sama berulang-ulang bahwa tikus yang diberi stimulasi tidak hanya
mengembangkan pencabangan sel otak lebih banyak dan daerah kortikal otak
yang tebal, tetapi juga lebih cerdas dan lebih terampil bersosialisasi
dengan tikus lainnya.
Dokter Hugo Moser dari John Hopkins University meneliti monyet-monyet
Rhesus tanpa stimulasi. Hasilnya adalah monyet tersebut mengalami cacat
perilaku yang mencolok dan menyedihkan saat mereka dewasa. Monyet-monyet
tersebut menjadi kikuk, suka menyiksa diri sendiri dan menarik diri
dari kontak sosial dengan monyet lainnya, serta menunjukkan tanda-tanda
keterbatasan kecerdasan lainnya.
Penelitian lainnya juga dilakukan oleh The Prenatal Enrichment Unit di
Huacchiew General Hospital Bangkok-Thailand yang dipimpin oleh dr. C.
Panthuraamphorn. Penelitian dilakukan dengan pemberian stimulasi
terhadap janin dalam kandungan. Hasilnya ketika bayi tersebut lahir,
mereka mampu menirukan suara, menyebutkan kata pertama, tersenyum secara
spontan, mampu menolehkan kepala ke arah suara orangtuanya, lebih
tanggap terhadap musik, dan juga mengembangkan pola sosial lebih baik
saat ia dewasa.
Begitu pula dengan riset yang dilakukan oleh Prof. Suzuki dari Jepang
yang dimuat dalam harian The Japan Times Weekly Education, bahwa
stimulus yang diberikan terhadap janin sangat terkait dengan tingkat
intelegensi anak. Jadi, sejak masih dalam kandungan, anak sebenarnya
sudah siap merespon stimulasi-stimulasi edukatif yang diberikan kedua
orang tuanya, terutama ibunya.
Metode sekolah dalam perut ini memang adalah metode Barat. Namun apa
salahnya apabila metode ini juga diaplikasikan dalam Islam dan
menggunakan cara-cara yang lebih islami, misalnya dengan memperdengarkan
muratal kepada janin. Metode ini telah diterapkan oleh seorang muslimah
kelahiran Medan yang berkesempatan menyelesaikan studi sarjananya di
negeri Syams, Ustadzah Halimah Sa’diyah Nasution. Beliau memiliki
seorang anak yang bernama Ayyasy Ar-Rantisi. Pelajaran yang Ustadzah
Halimah berikan kepada Ayyasy Ar-Rantisi adalah elusan di perut dan
tilawah Al-Qu’an sesering mungkin, diperdengarkan burdah, dibacakan
sirah 25 Nabi dan Rasul, dinyanyikan lagu anak-anak seperti Balonku,
Bintang Kecil, Pelang-Pelangi, dan lainnya. Ayyasy ketika masih berada
dalam kandungan juga dibacakan hadits-hadits pendek, cerita-cerita sains
untuk anak dan di akhir pelajaran selalu ditutup dengan burdah. Satu
paket pelajaran ini biasanya dapat beliau selesaikan dalam waktu 10-20
menit sekolah dalam perut tersebut biasa beliau lakukan setiap pagi,
sekitar pukul 09.00 dan dimulai sejak Ayyasy berusia 4 bulan di dalam
kandungan.
Dan hasil dari pembelajaran Ayyasy dalam kandungan sungguh mengesankan.
Ayyasy ketika lahir tidak banyak menangis dan lebih rileks, lebih gesit,
matanya lebih waspada, dan memiliki kode khusus untuk memberitahukan
bahwa ia meminta diganti popoknya. Bocah ini juga memiliki rentang
perhatian yang lebih lama dan lebih fokus pada gambar-gambar yang
ditunjukkan padanya. Dan ketika menginjak usia 6 bulan, Ayyasy sudah
bisa menyebut “Umi“. Ayyasy juga sudah bisa mengeluarkan suara ‘r’
dengan jelas ketika ia berusia 10 bulan.
Dalam metode sekolah dalam perut ini juga dibutuhkan kurikulum dan
aturan-aturan layaknya sekolah biasa. Kurikulum disesuaikan dengan
keinginan orang tua, misalkan memperdengarkan muratal Al-Qur’an,
dibacakan cerita, dinyanyikan, daiajak berkomunikasi, dan lainnya. Cara
berkomunikasi dengan janin yang ada di dalam kandungan dapat dilakukan
dengan menggunakan megafon atapun alat khusus yang terdiri dari
microphone yang digunakan oleh guru atau ibu dan dilengkapi dengan
speaker atau sejenis headphone untuk ditempelkan ke perut ibu supaya
dapat didengar oleh janin ketika proses pembelajaran. Alat ini sudah
banyak dijual di pasaran. Atau bisa juga menggunakan alat yang lebih
murah yaitu, kalender yang digulung seperti terompet tahun baru. Bagian
corongnya digunakan oleh ibu untuk bersuara, dan ujungnya ditempelkan ke
perut untuk diperdengarkan ke janin.
Aturan sekolah dalam perut ini adalah harus menyediakan waktu khusus
untuk proses pembelajaran. Bagi ke dalam 2 sesi setiap harinya, dan satu
sesi hanya membutuhkan waktu 5-20 menit. Dianjurkan dilakukan 30-150
menit setelah sang ibu makan. Jangan memaksa bayi belajar dan memperlama
proses belajar agar bayi bisa rileks dan mencerna pelajaran dengan
baik. Selain itu jangan meng-qadha’ atau mengganti waktu belajar yang
tidak terlaksana. Karena ini akan membuat tingkat stress pada janin
meningkat. Usahakan untuk mengawali dan mengakhiri pembelajaran dengan
muratal, nayid, musik, nyanyian, atau senandung. Dan yang paling utama
adalah konsisten selama proses belajar dari awal proses pembelajaran,
yang dapat dimulai di akhir trisemester pertama hingga bayi lahir.
Perbanyak komunikasi verbal berupa sentuhan ke perut ibu, bukan hanya
oleh ibu tetapi ayah dan anggota keluarga lainnya seperti kakak sang
bayi bisa ikut serta.
Proses pembelajaran dan pemberian stimulasi dalam kandungan ini banyak
diterapkan oleh orang-orang Yahudi. Para ibu hamil Yahudi biasanya
ketika sedeng hamil, mereka berusaha untuk mengerjakan soal matematika
sesulit apapun walaupun si ibu kurang menyukai matematika. Sang ibu juga
mengajarkan janin yang ada di dalam kandungan not-not balok yang
terbilang rumit. Janin yang ada di dalam kandungan juga sering
diperdengarkan musik klasik. Tidak heran apabila banyak orang-orang
Yahudi yang jenius dan pandai, hanya saja kejeniusan mereka membuat
orang lain sengsara alias jenius tapi keblinger.
Selain asupan yang bergizi selama masa kehamilan, sekolah dalam perut
dan kepribadian keseharian si ibu juga dapat membentuk karakter dan
kecerdasan anak. Oleh karena itu jangan sungkan-sungkan untuk mencoba
metode sekolah dalam perut ini untuk mencetak generasi rabbani yang
unggul dan bertakwa kepada Allah subhanahu wa ta’ala.
Read more at: http://www.ruanghati.com/2012/05/03/subhanallah-indahnya-bersekolah-di-dalam-perut-ibuku/
Read more at: http://www.ruanghati.com/2012/05/03/subhanallah-indahnya-bersekolah-di-dalam-perut-ibuku/
Sekolah yang satu ini
berbeda dengan sekolah-sekolah pada umumnya. Sekolah yang satu ini
mengambil setting lokasi kelas di dalam perut alias di dalam kandungan.
Lalu ibu, ayah, dan anggota keluarga lainnyalah yang berperan menjadi
guru, dan janin yang ada di dalam kandungan lah yang akan menjadi
muridnya. Sekolah dalam perut adalah sekolah yang paling murah dan
paling praktis, tidak perlu membutuhkan biaya banyak seperti
sekolah-sekolah biasa. Sekolah dalam perut ini bertujuan untuk mendidik
anak sejak dalam kandungan. Ini adalah cara mencerdaskan anak paling
mudah dan murah tanpa harus menunggu anak duduk di bangku sekolah
sesungguhnya.
Mungkin timbul pertanyaan dalam benak kita semua, akankah seorang janin
dalam kandungan bisa diajak belajar? Ya, berdasarkan beberapa penelitian
yang dilakukan oleh ilmuwan Barat dalam bidang perkembangan pra-lahir,
ternyata menunjukkan bahwa selama berada dalam rahim, anak dapat
belajar, merasa, dan mengetahui perbedaan antara gelap dan terang. Pada
saat kandungan telah berusia 20 minggu atau sekitar 5 bulan, kemampuan
janin untuk merasakan stimulus telah berkembang dengan cukup baik.
Sehingga hal ini memungkinkan terjadinya proses pendidikan dan
pembelajaran terhadap janin pun dapat dimulai.
Menurut F. Rene van de Carr dan Marc Lehrer, dalam bukunya Cara Baru
Mendidik Anak Sejak dalam Kandungan, beberapa kebiasaan baik yang
dibentuk secara konsisten oleh ibu-ibu hamil pada dirinya dan bayinya
selama masa kehamilan dapat mengurangi berbagai kesulitan yang mungkin
timbul ketika sang anak sudah menghirup udara dunia. Para ibu hamil di
Barat biasa memperdengarkan irama musik-musik klasik pada janin yang ada
di dalam kandungannya. Sedangkan untuk kita yang beragama Islam,
memperdengarkan muratal Al-Qur’an adalah alternatif yang lebih baik.
Karena hal tersebut dapat membiasakan janin terbiasa dengan ayat-ayat
Al-Qur’an dan membuat hapalan anak kuat ketika lahir ke dunia kelak.
Contohnya seperti Hasan Thabathabai yang selalu diperdengarkan tilawah
Al-Qur’an oleh ibunya. Hasilnya Hasan meraih gelar doktor termuda dalam
Hifzhul Qur’an di usianya yang belum mencapai 12 tahun. Selain itu,
membacakan cerita ataupun kisah-kisah serta relaksasi bagi janin akan
memungkinkan ibu-ibu hamil dapat menjalin komunikasi dan membina
hubungan yang positif dengan jabang bayi yang ada dalam kandungannya.
Masih dalam bukunya Cara Baru Mendidik Anak Sejak dalam Kandungan, F.
Rene van de Carr dan Marc Lehrer menuliskan bahwa The American
Association of The Advacement of Science pada tahun 1996 merangkum hasil
penelitian beberapa ilmuwan dalam bidang stimulasi pra-lahir atau bayi,
antara lain sebagai berikut :
Dokter Craig Ramey dari University of Alabama menegaskan bahwa
program-program stimulasi dini dapat meningkatkan nilai tes kecerdasan
dalam pelajaran utama pada semua anak yang diteliti dari masa bayi
hingga usia 15 tahun. Anak-anak tersebut mencapai nilai kecerdasan 15
hingga 30 persen lebih tinggi dibanding lainnya.
Dokter marion Cleves Diamond dari University of California di
Berkeley-AS melakukan eksperimen bertahun-tahun dan mendapatkan hasil
yang sama berulang-ulang bahwa tikus yang diberi stimulasi tidak hanya
mengembangkan pencabangan sel otak lebih banyak dan daerah kortikal otak
yang tebal, tetapi juga lebih cerdas dan lebih terampil bersosialisasi
dengan tikus lainnya.
Dokter Hugo Moser dari John Hopkins University meneliti monyet-monyet
Rhesus tanpa stimulasi. Hasilnya adalah monyet tersebut mengalami cacat
perilaku yang mencolok dan menyedihkan saat mereka dewasa. Monyet-monyet
tersebut menjadi kikuk, suka menyiksa diri sendiri dan menarik diri
dari kontak sosial dengan monyet lainnya, serta menunjukkan tanda-tanda
keterbatasan kecerdasan lainnya.
Penelitian lainnya juga dilakukan oleh The Prenatal Enrichment Unit di
Huacchiew General Hospital Bangkok-Thailand yang dipimpin oleh dr. C.
Panthuraamphorn. Penelitian dilakukan dengan pemberian stimulasi
terhadap janin dalam kandungan. Hasilnya ketika bayi tersebut lahir,
mereka mampu menirukan suara, menyebutkan kata pertama, tersenyum secara
spontan, mampu menolehkan kepala ke arah suara orangtuanya, lebih
tanggap terhadap musik, dan juga mengembangkan pola sosial lebih baik
saat ia dewasa.
Begitu pula dengan riset yang dilakukan oleh Prof. Suzuki dari Jepang
yang dimuat dalam harian The Japan Times Weekly Education, bahwa
stimulus yang diberikan terhadap janin sangat terkait dengan tingkat
intelegensi anak. Jadi, sejak masih dalam kandungan, anak sebenarnya
sudah siap merespon stimulasi-stimulasi edukatif yang diberikan kedua
orang tuanya, terutama ibunya.
Metode sekolah dalam perut ini memang adalah metode Barat. Namun apa
salahnya apabila metode ini juga diaplikasikan dalam Islam dan
menggunakan cara-cara yang lebih islami, misalnya dengan memperdengarkan
muratal kepada janin. Metode ini telah diterapkan oleh seorang muslimah
kelahiran Medan yang berkesempatan menyelesaikan studi sarjananya di
negeri Syams, Ustadzah Halimah Sa’diyah Nasution. Beliau memiliki
seorang anak yang bernama Ayyasy Ar-Rantisi. Pelajaran yang Ustadzah
Halimah berikan kepada Ayyasy Ar-Rantisi adalah elusan di perut dan
tilawah Al-Qu’an sesering mungkin, diperdengarkan burdah, dibacakan
sirah 25 Nabi dan Rasul, dinyanyikan lagu anak-anak seperti Balonku,
Bintang Kecil, Pelang-Pelangi, dan lainnya. Ayyasy ketika masih berada
dalam kandungan juga dibacakan hadits-hadits pendek, cerita-cerita sains
untuk anak dan di akhir pelajaran selalu ditutup dengan burdah. Satu
paket pelajaran ini biasanya dapat beliau selesaikan dalam waktu 10-20
menit sekolah dalam perut tersebut biasa beliau lakukan setiap pagi,
sekitar pukul 09.00 dan dimulai sejak Ayyasy berusia 4 bulan di dalam
kandungan.
Dan hasil dari pembelajaran Ayyasy dalam kandungan sungguh mengesankan.
Ayyasy ketika lahir tidak banyak menangis dan lebih rileks, lebih gesit,
matanya lebih waspada, dan memiliki kode khusus untuk memberitahukan
bahwa ia meminta diganti popoknya. Bocah ini juga memiliki rentang
perhatian yang lebih lama dan lebih fokus pada gambar-gambar yang
ditunjukkan padanya. Dan ketika menginjak usia 6 bulan, Ayyasy sudah
bisa menyebut “Umi“. Ayyasy juga sudah bisa mengeluarkan suara ‘r’
dengan jelas ketika ia berusia 10 bulan.
Dalam metode sekolah dalam perut ini juga dibutuhkan kurikulum dan
aturan-aturan layaknya sekolah biasa. Kurikulum disesuaikan dengan
keinginan orang tua, misalkan memperdengarkan muratal Al-Qur’an,
dibacakan cerita, dinyanyikan, daiajak berkomunikasi, dan lainnya. Cara
berkomunikasi dengan janin yang ada di dalam kandungan dapat dilakukan
dengan menggunakan megafon atapun alat khusus yang terdiri dari
microphone yang digunakan oleh guru atau ibu dan dilengkapi dengan
speaker atau sejenis headphone untuk ditempelkan ke perut ibu supaya
dapat didengar oleh janin ketika proses pembelajaran. Alat ini sudah
banyak dijual di pasaran. Atau bisa juga menggunakan alat yang lebih
murah yaitu, kalender yang digulung seperti terompet tahun baru. Bagian
corongnya digunakan oleh ibu untuk bersuara, dan ujungnya ditempelkan ke
perut untuk diperdengarkan ke janin.
Aturan sekolah dalam perut ini adalah harus menyediakan waktu khusus
untuk proses pembelajaran. Bagi ke dalam 2 sesi setiap harinya, dan satu
sesi hanya membutuhkan waktu 5-20 menit. Dianjurkan dilakukan 30-150
menit setelah sang ibu makan. Jangan memaksa bayi belajar dan memperlama
proses belajar agar bayi bisa rileks dan mencerna pelajaran dengan
baik. Selain itu jangan meng-qadha’ atau mengganti waktu belajar yang
tidak terlaksana. Karena ini akan membuat tingkat stress pada janin
meningkat. Usahakan untuk mengawali dan mengakhiri pembelajaran dengan
muratal, nayid, musik, nyanyian, atau senandung. Dan yang paling utama
adalah konsisten selama proses belajar dari awal proses pembelajaran,
yang dapat dimulai di akhir trisemester pertama hingga bayi lahir.
Perbanyak komunikasi verbal berupa sentuhan ke perut ibu, bukan hanya
oleh ibu tetapi ayah dan anggota keluarga lainnya seperti kakak sang
bayi bisa ikut serta.
Proses pembelajaran dan pemberian stimulasi dalam kandungan ini banyak
diterapkan oleh orang-orang Yahudi. Para ibu hamil Yahudi biasanya
ketika sedeng hamil, mereka berusaha untuk mengerjakan soal matematika
sesulit apapun walaupun si ibu kurang menyukai matematika. Sang ibu juga
mengajarkan janin yang ada di dalam kandungan not-not balok yang
terbilang rumit. Janin yang ada di dalam kandungan juga sering
diperdengarkan musik klasik. Tidak heran apabila banyak orang-orang
Yahudi yang jenius dan pandai, hanya saja kejeniusan mereka membuat
orang lain sengsara alias jenius tapi keblinger.
Selain asupan yang bergizi selama masa kehamilan, sekolah dalam perut
dan kepribadian keseharian si ibu juga dapat membentuk karakter dan
kecerdasan anak. Oleh karena itu jangan sungkan-sungkan untuk mencoba
metode sekolah dalam perut ini untuk mencetak generasi rabbani yang
unggul dan bertakwa kepada Allah subhanahu wa ta’ala.
Read more at: http://www.ruanghati.com/2012/05/03/subhanallah-indahnya-bersekolah-di-dalam-perut-ibuku/
Read more at: http://www.ruanghati.com/2012/05/03/subhanallah-indahnya-bersekolah-di-dalam-perut-ibuku/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar