Senin, 02 September 2013

Ibu Hamil, Anak Saleh Cerdas bisa dirancang oleh orangtuanya

(Ingatlah), ketika isteri ‘Imran berkata: “Ya Tuhanku, sesungguhnya aku menazarkan kepada Engkau anak yang dalam kandunganku menjadi hamba yang saleh dan berkhidmat (di Baitul Maqdis). Karena itu terimalah (nazar) itu dari padaku. Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.”
Maka tatkala isteri ‘Imran melahirkan anaknya, dia pun berkata: “Ya Tuhanku, sesunguhnya aku melahirkannya seorang anak perempuan; dan Allah lebih mengetahui apa yang dilahirkannya itu; dan anak laki-laki tidaklah seperti anak perempuan. Sesungguhnya aku telah menamai dia Maryam dan aku mohon perlindungan untuknya serta anak-anak keturunannya kepada (pemeliharaan) Engkau daripada syaitan yang terkutuk.”
Maka Tuhannya menerimanya (sebagai nazar) dengan penerimaan yang baik, dan mendidiknya dengan pendidikan yang baik dan Allah menjadikan Zakariya pemeliharanya. Setiap Zakariya masuk untuk menemui Maryam di mihrab, ia dapati makanan di sisinya. Zakariya berkata: “Hai Maryam dari mana kamu memperoleh (makanan) ini?” Maryam menjawab: “Makanan itu dari sisi Allah.” Sesungguhnya Allah memberi rezeki kepada siapa yang dikehendaki-Nya tanpa hisab. (Q.S Ali Imran 35-37)
Sejatinya setiap orang tua Muslim pasti menginginkan keturunan yang baik dari segala aspek bagi diri dan lingkungannya. Setuju atau tidak, kesalehan seorang anak itu dapat dibentuk jauh sebelum anak itu terlahir ke alam dunia. Sebagaimana Rasulullah bersabda bahwa orangtualah yang menjadi media apakah anak itu mau menjadi Yahudi, Nasrani atau majusi. Lalu bagaimana kita membentuk kesalehan seorang anak jauh sebelum ia terlahir ke alam dunia? 
Tidak diragukan lagi bahwa nabiallah Isa as, adalah orang saleh yang lahir dari ibu yang salehah (Siti Maryam), yang terlahir pula dari seorang nenek yang salehah (Siti Hana) isteri Imran, sampai-sampai Allah berfirman,
“Sesungguhnya Allah telah memilih Adam, Nuh, keluarga Ibrahim dan keluarga ‘Imran melebihi segala umat (di masa mereka masing-masing)” (QS. Ali-Imran 33)
Proses kesalehan yang turun temurun itu telah Allah uraikan dalam ungkapan yang jelas dan menarik di surah Ali Imran yang saya kutip di atas. Dari uraian itu secara pribadi saya mengambil kesimpulan bahwa peran seorang ibu sangatlah besar dalam membentuk kesalehan seorang anak. Artinya kesalehan seorang anak sangat tergantung dari kesalehan para ibu yang melahirkannya, maka wajar jika kemudian Rasulullah mengatakan bahwa sebaik-baik perhiasan dunia adalah isteri yang salehah. Berbahagialah anda para suami yang merasa memiliki isteri yang mau mematuhi perintah dan larangan Allah, jagalah mereka sepertimana anda menjaga harta terbaik anda.
Perhatikanlah bagaimana isteri Imran mendekatkan dirinya dengan Allah, lalu perhatikan pula bagaimana ia membangun komunikasi yang mengagumkan antara dirinya dengan Allah sang Pencipta. Ketika ia menyadari dirinya hamil, yang pertama ia beritahu melalui lisannya adalah Allah dengan ungkapan,
“Ya Tuhanku, sesungguhnya aku menazarkan kepada Engkau anak yang dalam kandunganku menjadi hamba yang saleh dan berkhidmat (di Baitul Maqdis). Karena itu terimalah (nazar) itu dari padaku. Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.”
Berbeda mungkin dengan kebanyakan isteri kita pada umumnya, ketika mengetahui kehamilan (apalagi jika anak pertama) apakah ucapan pertamanya seperti ucapan isterinya Imran kepada Tuhan yang telah menjadikannya mengandung? atau mungkin cukup dengan ucapan Hamdalah (sebuah pujian umum dalam skop yang umum pula) lalu mengabarkan berita kehamilan itu kepada suami, orangtua dan kerabat serta teman-temannya.
Proses komunikasi yang mengagumkan antara makhluq dengan khaliq itu berlanjut sampai ia (isteri Imran) melahirkan dan mengetahui jenis kelamin bayi yang terlahir itu, Ia tetap mendahulukan Tuhannya untuk diberitahu perihal keadaan diri dan bayinya ketimbang orang di sekelilingnya. Meskipun terbersit rasa kecewa (karena ternyata bayinya adalah perempuan bukan lelaki) namun ia tetap memasrahkan semuanya kepada kehendak Tuhan. Bahkan Allah pula yang pertama ia beritahu perihal nama yang ia pilih untuk sang bayi, lantas kalimat pertama yang keluar untuk sang bayi adalah do’a untuknya dan keturunannya kelak dengan ungkapannya,
“Ya Tuhanku, sesunguhnya aku melahirkannya seorang anak perempuan; dan Allah lebih mengetahui apa yang dilahirkannya itu; dan anak laki-laki tidaklah seperti anak perempuan. Sesungguhnya aku telah menamai dia Maryam dan aku mohon perlindungan untuknya serta anak-anak keturunannya kepada (pemeliharaan) Engkau daripada syaitan yang terkutuk.”
Umumnya kita para suami atau isteri atau siapa pun yang melihat seorang bayi untuk pertama kalinya lebih suka melontarkan kata pujian seperti tentang rupa atau kecantikan dan ketampanannya dengan ungkapan ” betapa cantik/tampannya anakku/mu !”.
Atas sikap dan lisan yang baik serta semangat mengutamakan Allah diatas segalanya dari seorang ibu yang salehah itu, sejarah mencatat ia melahirkan seorang anak perempuan yang begitu agung dan mulia yang dipelihara oleh seorang nabi yang mulia juga (Zakaria), bahkan lebih dari itu Maryam tidak dipusingkan oleh urusan makan sehari-hari karena Allah menjadi penjamin atas kelangsungan rezki bagi dirinya. Maryam mendapat makanan melimpah di mihrabnya, pohon kurma tunduk kepadanya tatkala ia diuji oleh Allah dengan kehamilannya. Yang lebih hebat lagi, dari rahim perempuan salehah ini lalu lahir pula seorang anak lelaki yang saleh yang mampu berkata-kata semasa ia bayi. Itu semua Allah ungkapan dengan jelas kepada kita agar menjadi pelajaran yang berharga melalui firmanNya
“Maka Tuhannya menerimanya (sebagai nazar) dengan penerimaan yang baik, dan mendidiknya dengan pendidikan yang baik dan Allah menjadikan Zakariya pemeliharanya. Setiap Zakariya masuk untuk menemui Maryam di mihrab, ia dapati makanan di sisinya. Zakariya berkata: “Hai Maryam dari mana kamu memperoleh (makanan) ini?” Maryam menjawab: “Makanan itu dari sisi Allah.” Sesungguhnya Allah memberi rezeki kepada siapa yang dikehendaki-Nya tanpa hisab.”
Hal inilah yang seharusnya kita sadari dan kita bangun dalam rumahtangga yang ada pada setiap keluarga Muslim, dimana kesalehan 1 generasi dapat melahirkan 2 generasi berikutnya yang menjadi generasi Rabbany dimana Tuhan menjadi pusat segalanya dalam kehidupan ini.
Semoga Allah menganugerahkan kepada kita perempuan-perempuan yang memiliki kesalehan seperti halnya isteri Imran. Agar panji-panji Tauhid dapat berkibar terus di muka bumi ini.
Wallahu’alam

Tidak ada komentar:

Posting Komentar