Jumat, 06 September 2013

Ibu Hamil, Harus berusaha keras agar janin bayi dalam kandungan cerdas dan berkualitas

Namanya Imam Abdul Karim. Ia memiliki dua adik: Fathin dan Balqis. Namun, dibandingkan dengan kedua adiknya, Iman tipikal anak yang pendiam dan sulit berinteraksi dengan teman-temannya. Bahkan, ia acap kali menangis. “Anak saya yang pertama tidak berani tampil. Cengeng kalau bertemu dengan orang yang baru ia kenal,” ujar Ambar Hariani, 36 tahun, sang ibu.

Perbedaan karakter kedua anaknya itu sempat membuat Ambar berpikir akan masa-masa kehamilannya dulu. Ketika hamil muda, dia pindah ke Jerman, mengikuti suami yang bertugas di sana. Dokter gigi itu tinggal di sebuah apartemen di kota sebelah barat daya Jerman, Karlsruhe. Minimnya penguasaan bahasa Jerman membuat dia cenderung menutup diri ketika berinteraksi dengan orang-orang sekitar.

Muncul pertanyaan di benaknya: “Apakah proses kehamilan mempengaruhi pembentukan karakter anak?” Sejumlah penelitian menyimpulkan bahwa proses yang dialami seorang ibu saat hamil ternyata berpengaruh besar dalam pembentukan karakter anak.

Kepala Subbidang Kesehatan Inteligensia Anak Pusat Inteligensia Kesehatan Kementerian Kesehatan, Gunawan Bambang Dwiyanto, menjelaskan, perilaku ibu hamil merupakan salah satu faktor yang merangsang pertumbuhan otak janin. Karenanya, rasa sedih, stres, riang, maupun kondisi kejiwaan yang lain pada ibu akhirnya akan dirasakan juga oleh janin yang ia kandung.

“Kecerdasan seorang anak diturunkan oleh ibu, bukan bapak,” ujar dokter spesialis saraf ini dalam seminar bertema “Akustik Bukan Musik: Pengaruh Suara bagi Kreativitas, Kecerdasan, dan Karakter Manusia” di Bentara Budaya Jakarta, Selasa, 29 Mei 2012 lalu.

Menurut Gunawan, peran ibu menjadi sangat sentral lantaran proses pertumbuhan janin tidak pernah lepas dari kondisi tubuh ibu. Berdasarkan fase pertumbuhannya, kata Gunawan, janin mulai bisa merasakan rangsangan di usia 20 bulan ke atas. Di usia kehamilan 39 bulan, kondisi otak janin mengalami fase kritis karena cenderung mengalami penurunan. “Jadi harus dirangsang supaya cerdas lagi,” ujarnya.

Rangsangan perkembangan otak janin bisa dilakukan ibu atau ayah dengan mengelus perut ibu. Sentuhan tersebut merupakan ungkapan kasih sayang yang bisa meningkatkan pembentukan hormon cinta atau yang disebut oxytocin.

Tidak hanya itu. Ibu juga bisa melatih kemampuan verbal sang janin dengan mengajaknya berbicara di segala aktivitas, baik saat mandi, makan, maupun menjelang tidur. “Ibu hamil harus cerewet,” ujarnya.

Rangsangan terhadap otak sang janin juga bisa dilakukan dengan mengenalkan bahasa Tuhan yang terkandung dalam kitab suci. Dalam Islam, kata Gunawan, setidaknya terdapat lima surat yang dinilai mampu merangsang otak anak dengan baik. Kelimanya adalah surat Ar Rahman, Yusuf, Maryam, Al-Ikhlas, dan Al-Fatihah.

Jadi, bukan hanya musik klasik karya Wolfgang Amadeus Mozart yang perlu didengarkan janin seperti yang diyakini oleh ilmuwan Barat. “Prinsipnya, janin menyenangi gelombang akustik yang berada di kisaran 5.000-8.000 hertz,” kata Gunawan.

Penelitian yang dilakukan Bilawa Ade Respati, mahasiswa Teknik Fisika Fakultas Teknik Industri Institut Teknologi Bandung, menunjukkan bahwa rangsangan akustik pada otak janin juga bisa dilakukan dengan memperdengarkan musik-musik tradisional lain, seperti gamelan atau karawitan, dengan level suara yang tepat.“Kalau musik Mozart diperdengarkan keras-keras, efeknya juga tidak bagus,” kata guru musik yang memegang sertifikasi Yamaha Guitar ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar